Selasa, 06 November 2012
Teknik Peramalan
TEKNIK-TEKNIK PERAMALAN
Ada 4 kelompok umum teknik peramalan yang sering digunakan, yaitu:
- Teknis;
- Fundamental;
- Market based; dan
- Perpaduan (mixed forecasting).
Peramalan Teknis
Peramalan ini menggunakan data tingkat kurs historis dan kadang kala
peramalan dilakukan hanya dengan pengamatan data tanpa menggunakan
perhitungan statistik. Namun tidak jarang pula perhitungan statistik
disertakan dalam peramalan. Selain itu, juga ada beberapa model time
series yang digunakan untuk pengujian move average sehingga para peramal
dapat melakukan interpretasi yang didasarkan pada pengujian tersebut.
Tentu saja cara pengujian ini tidak dipublikasikan seara luas guna
mencegah pembajakan terhadap cara perhitungan tersebut. Jika data
historis yang ada menampakkan pola yang random, maka peramalan teknis
ini kurang begitu tepat untuk diterapkan.
Peramalan Fundamental
Peramalan ini didasarkan pada hubungan fundamental antara variabel
ekonomi dan tingkat kurs. Dengan pemberian nilai tertentu pada
variabel-variabel tadi, maka perusahaan dapat mengembangkan proyeksi
tingkat kurs di masa yang akan datang. Peramalan dilakukan dengan cara
memberikan penilaian subjektif pada tingkat dimana pergerakan variabel
ekonomi secara umum akan mempengaruhi tingkat kurs. Dari perspektif
statistikal, peramalan dilakukan berdasar pada ukuran kuantitatif
pengaruh variabel ekonomi pada tingkat kurs.
Sebenarnya fokus yang akan dijelaskan di sini adalah dua dari banyak
faktor yang mempengaruhi nilai mata uang. Namun, sebelumnya kita
asumsikan bahwa materi yang akan di bahas adalah peramalan perubahan
persentase tingkat kurs, pound Inggris terhadap dolar Amerika pada
kuartal yang akan datang. Dan untuk lebih mudahnya , diasumsikan bahwa
peramalan terhadap nilai pound hanya dipengaruhi oleh dua faktor:
- Inflasi di Amerika Serikat relatif terhadap inflasi di Inggris.
- Perubahan pendapatan di Amerika Serikat relatif terhadap pertumbuhan pendapatan di Inggris.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan bagaimana pengaruh
kedua variabel ini terhadap nilai pound berdasarkan pada data historis
yang dapat dilakukan dengan menggunakan analisis regresi. Pertama-tama
dilakukan pengumpulan data kuartalan inflasi dan tingkat pertumbuhan
pendapatan di Amerika Serikat dan Inggris. Variabel dependennya adalah
perubahan persentase kuartalan pada nilai pound (di singkat BP),
sedangkan variabel independennya dapat ditetapkan sebagai berikut:
- Perubahan persentase perbedaan inflasi di masa lampau (tingkat inflasi Amerika Serikat dikurangi tingkat inflasi Inggris), disingkat menjadi INF.
- Perubahan persentase perbedaan pertumbuhan pendapatan di masa lampau (pertumbuhan pendapatan di Amerika Serikat dikurangi pertumbuhan pendapatan di Inggris).
Dengan demikian dapat diperoleh persamaan regresinya sebagai berikut:
BP = b₀ + b₁ INF + b₂ PDT + E
Dimana b₀ merupakan konstanta, b₁ mengukur sensitivitas pengaruh
perubahan INF pada BP, b₂ mengukaur sensitivitas pengaruh perubahan PDT
terhadap BP, dan E mewakili error.
Untuk lebih memeperjelas, maka kita beri nilai pada koefisien regresi
di atas sebagai berikut: b₀ = 0,02, b₁ = 0,8, dan b₂ = 1,0. Dan untuk
melakukan peramalan kita asumsikan bahwa INF sebesar 4% dan PDT sebesar
2%. Dengan demikian, hasil persamaan regresinya dapat kita cari sebagai
berikut:
BP = b₀ + b₁ INF + b₂ PDT
= 0,02 + 0,8 (4%) + 1,0(2%)
= 5,4%
Dari hasil tersebut dapat di interpretasikan bahwa nilai pound akan
mengalami apresiasi sebesar 5,4% pada kuartal yang akan datang.
Model diatas dengan dua faktor yang di analisis merupakan model yang
sederhana. Bila lebih dari dua faktor, maka kita gunakan model full blown regression yang dapat di tuliskan persamaannya sebagai berikut:
BP=b₀+b₁x₁+b₂x₂+…….bn xn + E
Dalam penggunaan model regresi untuk melakukan peramalan berbasis
pada data historis, kadang kala ada beberapa faktor yang memiliki
pengaruh cukup kuat pada perubahan yang tidak dapat diidentifikasi. Bila
hal ini tidak diantisipasi maka hasil peramalan akan menjadi tidak
akurat. Untuk mengatasi hal ini, maka perlu dilakukuan peramalan guna
mengetahui berapa besarnya pengaruh dari faktor-faktor yang tidak dapat
diidentifikasi tersebut. Peramalan ini lebih dikenal dengan analisis
sensitivitas yang dapat dituliskan model persamaannya sebagai berikut:
et = ao + a1 INFt + a2 INFt-1 + ยต
keterangan :
et = perubahan persentase kurs selama peride-t
a0,a1,a2 = koefisien regresi
INFt = diferensial suku bunga riil pada periode-t
INFt-1 = diferensial inflasi pada periode t-1
Keterbatasan peramalan fundamental
Peramalan fundamental memiliki empat keterbatasan :
- Ketidakpastian pengaruh suatu faktor pada waktu tertentu.
- Diperlukannya peramalan untuk faktor-faktor yang memiliki pengaruh langsung, pada nilai kurs.
- Tidak semua faktor yang relevan dimasukkan dalam model.
- Adanya perubahan sensitivitas pergerakan mata uang sepanjang waktu, hal ini disebabkan karena tidak ada satupun yang konstan di pasar sepanjang waktu selain perubahan itu sendiri, sehingga nilai-nilai koefisien di dalam model regresi akan selalu berubah.
Dalam peramalan fundamental bisa juga digunakan teori paritas daya
beli (PPP). Namun pada kenyataannya, penggunaan teori PPP ini tetap
tidak dapat menghasilkan peramalan yang akurat dengan alasan sebagai
berikut: (1) Ketidakpastian pengaruh fluktuasi inflasi pada pola
perdagangan, demikian juga pada tingkat bunga, (2) data ynag digunakan
untuk mengukur harga relative pada dua Negara tidak akurat, (3) hambatan
perdagangan dapat mengganggu pola perdagangan, (4) faktor lain seperti
perbedaan tingkat bunga antar negara juga mempengaruhi tingkat inflasi.
Alasan-alasan ini membuktikan bahwa perbedaan inflasi semata tidaklah
cukup untuk melakukan peramalan. Namun, perbedaan inflasi tetap
merupakan satu faktor yang penting guna melakukan peramalan.
Peramalan Metode Market-based
Metode ini menggunakan indikator-indikator pasar yang biasanya
didasarkan pada (1)kurs spot atau (2) kurs forward. Alasan mengapa kurs
spot digunakan sebagai dasar peramalan market-based dapat dijelaskan
dengan contoh sebagai berikut. Bila di-asumsikan bahwa poundsterling
akan mengalami apresiasi terhadap dolar, maka hal ini dapat mendorong
spekulator untuk membeli pound dengan dolar, dan dengan demikian akan
mempercepat apresiasi. Demikian pula sebaliknya, bila pounds akan
mengalami depresiasi terhadap dolar, maka spekulator akan menjual pound
untuk ditukar dolar dengan harapan pound akan dapat dibeli kembali
dengan harga yang lebih rendah nantinya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
nilai pound dipasar saat ini mencerminkan nilai di masa yang akan
datang. Dengan mengamati spot rate ini, maka perusahaan dapat melakukan
peramalan nilai mata uang di masa yang akan datang.
Alasan mengapa kurs forward juga dapat digunakan sebagai dasar
peramalan market-based dapat dijelaskan sebagai berikut. Misalnya, harga
1,4 dolar sama dengan 1 pound dan dalam 30 hari mendatang di perkirakan
menjadi 1,45 dolar. Hal ini akan mendorong spekulator untuk membeli
pound agar 30 hari mendatang mereka mendapatkan keuntungan $0,5 dari
setiap pound yang mereka beli. Dan dapat muncul kemungkinan bahwa
tingkat harga dolar berhenti hanya $1,45 karena pada tingkat harga
itulah spekulator mendapatkan keuntungan yang direncanakan sehingga
mereka tidak lagi membeli pound. Hal ini menjadi penyebab mengapa harga
pound tetap pada $1,45. Spekulator menganggap bahwa mereka tidak
mendapatkan keuntungan bila tidak berada di tingkat yang telah mereka
rencanakan. Meskipun dari awal yang dibahas dalam paparan ini adalah
peramalan, namun sesungguhnya tindakan spekulasilah yang mampu mendorong
kurs forward kearah yang diinginkan.
Mixed Forecasting
Mixed forecasting dapat dilakukan bila masing-masing teknik peramalan
memiliki tingkat superioritas yang sama. Cara melakukan mixed forecast
ini adalah dengan menimbang hasil proyeksi masing-masing teknik dengan
total timbangan lebih tinggi. Dan MNC dapat mengukur ketidakpastian
dengan mengukur kisaran hasil peramalan teknik-teknik yang digunakan.
Langganan:
Posting Komentar
(Atom)
0 komentar:
Posting Komentar